MENEMBUS AWAN DAN KE LANGIT KE 7
Pengarang :M.
Rizky Kurniansyah Kusuma
Kenalin
nama aku Yoga, aku hidup dengan ayahku yang bernama Suryaman, aku
memanggilnya sih dengan sebutan “ubak”. haha... Kalo di pikir-pikir unik juga
ya panggilan aku saat itu. “Kalo ada ubak, terus siapa umak nya ??” Mungkin itu
yang jadi pertanyaan orang setiap kali aku menceritakan nama orang tua ku
dengan mereka. Terus gue mau jawab apa? Ibu aja gak ada... sampai saat ini
ubak ku masih bungkam tentang asal-usul
ibu, walaupun berulang kali gue desak. Nah, kali ini gue akan menceritakan
kisah hidup gue yang sangat sangat berliku, kalo ibaratkan tu seperti “tikungan
curam yang ada di gunung, yang tak henti-hentinya berbelok” haha.. lebay banget
ya.
Aku saat itu hidup tidak mempunyai
rumah, aku hidup luntang-lantung di jalanan. Masa-masa kecil kue tidak dilewati
layaknya anak-anak yang lazimnya mereka lakukan, sejak ku berumur 5 tahun, aku
sudah bekerja sebagai penyemir sepatu, di dalam pikiran ku saat itu hanya untuk
membantu ubak ku untuk mencari uang. Ya,
ubak ku saat itu bekerja sebagai pemungut barang bekas, ia mengambil
sampah-sampah plastik di komplek- komplek yang biasa kami kunjungi. aku biasa
menemani nya setelah aku pulang sekolah. Selain menemani nya, aku juga
menenteng sebuah kotak kayu yang isinya semir dan sikat sepatu.
Walaupun
kami hidup serba kekurangan, tapi dia tetap bersih keras ingin menyekolahkanku,
“pendidikan itu utama” katanya. Dan alhamdulillah, impian ubak ku tercapai!
Kebetulan kepala SD cahaya mentari bapak Joko adalah langganan semir sepatu ku
setiap pagi, ia mengajakku untuk bersekolah di sekolahnya tanpa harus membayar
uang sepersen pun. Dan ia juga mengajak
aku dan ubak ku untuk tinggal bersama dirinya, kami dengan senang hati
menerimanya. pak joko tinggal bersama Vani, istrinya. ia belum mempunyai anak,
dan katanya ia ingin mengangkatku sebagai anak angkatnya. Akhirnya kami pun
tidak bekerja lagi. Sekarang ubak ku bekerja sebagai pembantu di rumah pak
joko, yang tak lain sekarang sudah menjadi ayah angkat ku.
Tidak
terasa, aku sudah di kelas 6 SD, hari itu hari senin. pelajaran pertama hari
itu bapak Wahyudi, guru mapel bahasa Indonesia, yang terkenal killer .
“Anak-anak sekarang bapak akan mengambil nilai praktek kalian, bapak ingin
kalian menceritakan cita-cita kalian satu persatu di depan kelas” katanya.
“waduh... mati aku. Aku belum tau cita-cita ku ingin menjadi apa. Mau bilang
apa aku pada saat maju nanti” pikirku. “oke
sekarang yang pertama Yoga, silahkan kamu ceritakan cita-citamu”. Aku pun maju
ke depan kelas, dan terdiam sejenak. Ayo berpikir berpikir berpikir...... lalu, aku pun tidak
sengaja melihat tas andre yang bergambar pesawat. Ya, sekarang aku tau
cita-citaku. “Aku ingin menjadi pilot yang sukses !!” kataku dengan lantang. Tetapi
pak wahyudi pun menertawakanku “hahaha..... kamu anak pembantu aja belagu mau
jadi pilot, uang dari mana?? Sudah sudah lah, realistis saja” katanya. Aku
dengan peraasaan jengkel lalu duduk kembali ke kursi ku. Sepulang dari sekolah
aku masih memikirkan hal yang bapak itu ucapkan. Aku sadar aku emang anak
pembantu, dan aku bersekolah di situ hanya berkat belas kasihan pak joko.
Tetapi di dalam pikiran ku, aku akan buktikan itu, AKU PASTI BISA JADI PILOT!!!
Bertahun-tahun
kemudian, tak terasa aku sudah di kelas 3 SMA. Sekarang aku bersekolah di SMA
cahaya permai. Denget lagi UN ni, harus belajar dengan giat, tetapi pada saat
aku lagi giat- giatnya belajar. Ubak ku semakin sering sakit-sakitan, dan ia keluar masuk rumah
sakit setiap minggunya. Kata pak joko sih ubak Cuma sakit demam biasa. Aku pun
menjadi lega. Pada suatu hari, di saat aku pulang sekolah. Aku melihat bendera
kuning berkibar di depan rumahku, aku pun segera masuk ke rumah yang sudah di
penuhi oleh banyak orang itu. Siapa yang meninggal pikirku. Ya, benar saja
itulah ubak ku. Tangisan ku pun tidak tertahan lagi. Aku memeluk erat ubak ku
yang sudah tidak bergerak lagi itu. aku pun kemudian di tenangkan oleh pak
joko. Ia kemudian memberiku sebuah surat yang berisi “Anak ku sayang, mungkin
pada saat kamu baca surat ini, bapak sudah tenang di sana, nak sebenernya bapak
sakit kanker sejak dua tahun yang lalu. Bapak sengaja tidak memberi tau mu,
agar kamu tidak khawatir dengan keadaan bapak. nak... rajin-rajinlah untuk
belajar. Gapailah cita-citamu. Tertanda ayahmu- Suryatman”. Aku pun tidak tau
apa yang harus ku lakukan lagi, seketika aku drop.....
Pada saat UN pun tiba, aku hanya menjawab sebisaku, dan aku
lulus dengan nilai pas-pasan...
Aku sangat terpukul dengan kejadian meninggalnya ubak ku
itu, lalu pak joko pun mendekatiku. “sudahlah yoga, sekarang kamu sudah besar,
ikhlas kan lah bapak mu, dia pasti sudah senang di sana, senangkanlah dia
dengan meraih cita-citamu”
“baiklah pak, aku akan berusaha sebisaku, aku pasti bisa
menjadi pilot, sesuai dengan cita-citaku” kataku
pada bulan maret 2009, aku pun ikut test penerbangan di STPI (Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia). pada mulanya aku minder ikut test tersebut. namun dengan seiringnya waktu aku pun bisa melewati satu persatu test yang di berikan. tiba hari pengumuman. hal yang sulit ku percaya. aku pun lulus dengan beasiswa di tangan ku!!! Hal
yang paling menyenangkan buat aku saat itu, aku tidak bisa percaya bahwa
selangkah lagi cita-citaku akan tercapai, aku pun lalu pergi ke asrama STPI
yang berada di Tangerang dengan terlebih dahulu minta izin dengan pak joko dan
istrinya vani.
Tiga tahun kemudian....
Aku sudah selesai pendidikan di STPI, dan aku juga kemudian
diterima di perusahaan lion air.
Dan pada tanggal 18 desember 2012, jam 21.00. Jakarta –
Palembang, itu adalah PENERBANGAN PERTAMAKU!!!
Akhirnya sekarang aku bisa menjawab pertanyaan bapak Wahyudi
waktu itu, “AKU MEMANG ANAK PEMBANTU PAK, TAPI TIDAK ADA YANG BISA
MENGHALANGIKU, AKU AKAN MENGEJAR CITA-CITA KU WALAU SAMPAI HARUS MENEMBUS AWAN
DAN KE LANGIT KE TUJUH”
0 komentar:
Posting Komentar