Pages

Subscribe:

Labels

21/08/13

CATATAN Sepakbola Inggris: Hari Yang Buruk Buat Arsene Wenger

Masih ingat bagaimana Arsenal berdansa saat menaklukkan Newcastle United 1-0 di St James's Park di laga penutup Liga Primer musim lalu?
Ketika itu, para Gooners harap-harap cemas menunggu gol karena cuma kemenangan yang dapat memastikan empat besar buat The Gunners, yang ketika itu selisih satu angka dari rival sekota, Tottenham Hotspur. Laurent Koscielny akhirnya sukses menjebol gawang The Magpies tepat di menit ke-52 dan skor 1-0 bertahan hingga laga usai.
Sesaat setelah wasit meniup peluit akhir, para penggawa The Gunners merayakan kemenangan dengan suka cita layaknya sang "juara". Berhasil menembus empat besar, setelah penampilan klub London Utara naik turun, diharapkan menjadi titik awal kembalinya skuat Arsene Wenger ke era keemasan.
Singkat cerita, setelah melewati rangkaian pertandingan pramusim dengan hasil positif, situasi berkebalikan terjadi di laga pembuka Liga Primer 2013/14. Di markas sendiri, Arsenal dicemooh pendukung tuan rumah pada pertandingan perdana. Nyanyian lirih terdengar sebagai simbol frustrasi Gooners menyusul kekalahan memalukan dari Aston Villa sebagai buntut iritnya manajemen klub di lantai bursa.
Rasa penyesalan tidak hanya dialami suporter, wakil presiden kehormatan Lady Nina Bracewell-Smith mengungkapkan kekecewaannya melalui Twitter mengenai penjualan 15,9 persen saham di klub kepada Stan Kroenke pada April 2011.
Boleh dibilang, inilah harga mahal yang harus dibayar atas minimnya aktivitas transfer di musim panas: bencana di awal kompetisi. Dewan klub, Kroenke dan Ivan Gazidis tentunya, dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas aktivitas bursa transfer yang sejauh ini Arsenal hanya mendatangkan Yaya Sanogo, itu pun dengan status bebas transfer dari Auxerre.
Entah apa yang ada di pikiran petinggi Arsenal, padahal mereka mengaku memiliki uang untuk meramaikan jual beli pemain. Gazidis bahkan sempat gembar-gembor akan mengucurkan dana £70 juta agar Wenger bisa leluasa belanja pemain. Kenyataannya? Nihil, meski tak kurang dari 17 pemain hengkang.
Mulai dari Wayne Rooney, Luis Suarez, Gonzalo Higuain dan Luiz Gustavo yang sempat menjadi targetThe Gunners tak pernah datang ke Emirates Stadium. Selain memilih bertahan, para pemain incaran juga justru memilih berlabuh ke klub lain. Ironisnya, Arsenal kini dihadapkan pada krisis pemain akibat badai cedera dan boleh jadi mulai panik menunggu pembelian pemain hingga 2 September mendatang.
Jika pemilik Chelsea Roman Abramovich mengakhiri 'puasa bicara' untuk kali pertama dalam sepuluh tahun terakhir dengan memberikan pesan kepada suporter dalam program matchday The Blues, Kroenke malah tetap bungkam seolah membenarkan bahwa sang petinggi tak memiliki ambisi di London.
Wenger memang mendapat julukan The Professor lantaran kecerdikannya menemukan pemain muda lalu memolesnya menjadi bintang, sayang dia gagal beradaptasi dengan sepakbola modern saat ini. Suka tidak suka, harus diakui, untuk mendapatkan pemain terbaik, Anda harus mengeluarkan uang terbaik.
"Bahkan jika Anda pergi ke menara Eiffel dan melempar uang, Anda main dengan pemain yang dimiliki," komentar pelatih berkebangsaan Prancis, merespons #WENGEROUT yang menjadi topik populer di twitter akhir pekan lalu.
Kekalahan dari Villa memang bukan akhir dunia - mereka masih punya 37 laga sisa untuk bangkit - tapi, setidaknya diperlukan perubahan kebijakan yang dramatis soal kepemimpinan dan tujuan klub antara sekarang da 2 September. Jika tidak, ini sinyal buruk bahwa Arsenal akan sulit mengakhiri paceklik gelar yang sudah dirasakan selama delapan tahun.
Bagaimana dengan rival sekota yang jadi musuh bebuyutan tim, Tottenham Hotspur?
Melihat aktivitas transfer, Spurs melakukan bisnis lebih baik dibandingkan klub tetangga setelah mendapatkan empat pemain baru: Roberto Soldado, Etienne Capoue, Nacer Chadli dan Paulinho - yang semuanya tampil di laga pembuka versus Crystal Palace.
Hasilnya? Gol semata wayang Soldado di menit ke-50 menjadi penanda kemenangan tandang pertama di laga pembuka sejak 2005 dan manajer Andre Villas-Boas akan melihat itu sebagai penghargaan atas aktivitas klub di lantai bursa.
Di musim lalu pelatih asal Portugal mengklaim hasil di laga awal musim lalu sebagai penyebab kegagalan tim mengamankan tempat di Liga Champions. Direktur teknik Franco Baldini pun bergerak cepat menggaet target mereka musim panas ini.
Spurs kini masih sekuat tenaga mempertahankan Gareth Bale yang terus diincar Real Madrid, di mana presiden Daniel Levy masih ngotot dengan banderol £100 juta untuk pemain asal Wales.
Tapi, sekali pun Bale pergi, Spurs tampak lebih siap ketimbang Arsenal yang terus ditinggal bintangnya. Willian, Fabio Coentrao, Erik Lamela dan Alen Halilovic menjadi target jangka panjang. Ancaman mulai disebar dan mereka kini bisa beroperasi dengan arah dan ambisi yang jelas.
Mungkin, Arsenal bisa belajar sesuatu dari tetangga mereka ini?

0 komentar:

Posting Komentar